Supreme Magician: Book 1, Chapter 2



Chapter 2 - Bocah Gak Tau Untung!

“Mmm.”

Aku mengangguk saat melihat Silver-cloak itu menggunakan teknik rahasia Takhylalad yang aku berikan pada petani itu ratusan tahun yang lalu. Dalam hatiku aku merasa pemuda itu cukup berbakat untuk penyihir yang belum mencapai tahap penyihir abadi, untuk bisa memahami teknik itu sampai sejauh ini.

Dulu aku mengingat telah memberikan setengah dari desain teknik itu kepada si petani. Setelah aku mendengar ia menggunakan teknik tersebut sebagai fondasi untuk membangun kerajaannya, aku sempat berpikir untuk memintanya sedikit keuntungan waktu itu. Tapi dikarenakan ada sebuah kecelakaan aku jadi tak sengaja membuat seorang gadis di desa sebelah hamil, sampai lupa aku soal si petani itu.

Aku bertanya-tanya apa si petani itu sempat melewati batas tingkat Gold-cloak Magician dan mencapai titik sihir abadi untuk bisa hidup sampai sekarang. Kalau dia sudah mati, barangkali aku bakal mengambil Pangeran Takhylalad ini untuk kujadikan murid. Mengingat taruhan judi waktu itu adalah satu ekor ayam hutan dan teknik yang bisa digunakan untuk membangun kerajaan, barangkali menambah satu orang pangeran ke dalamnya tak bakal menjadi masalah.

Ngomong-ngomong tentang si pangeran ini, sepertinya dia benar-benar bertekad membunuhku...

Rune-rune gabungan dari ke lima penyihir itu untuk membentuk spell formation mengecil dan desainnya dimodifikasi menjadi lebih simpel agar bisa disisipi benang jiwa oleh Pangeran Takhylalad. Daya hancur dari spell formation itu langsung turun drastis, tapi masih lebih kuat daripada serangan gabungan sebelumnya.

“Tahan sebentar. Jangan langsung penuhi rune-runenya dengan mana!” teriak si Pangeran Takhylalad ketika teman-temannya mengisi rune yang mereka gambar di tanah dengan mana. Rune-rune tersebut kemudian bercahaya, kelap-kelip enggan untuk menjadi terang betul karena ke empat penyihir lain masih menahan aliran mana mereka. Kemudian Pangeran Takhylalad menekan di antara dua alisnya, sebuah benang cahaya berwarna putih keluar dan menempel di jari itu.

“Ini adalah benang jiwaku yang kusimpan dan rawat selama tiga tahun belakangan ini. Wahai jiwa luhur yang begitu agung, tuntunlah jiwa cucumu untuk menyelam benang jiwa ini dan membangunkan pelindung samawi!”

Pangeran Takhylalad menyentilkan jarinya dan benang jiwa melompat ke arah rune-rune yang menyala. Kemudian ia menggerakkan tangannya dan merapal mantra, energi mana merembes keluar dari mana sphere di tubuhnya sampai mana sphere tersebut kering tanpa ada sisa energi mana lagi. Melihat hal itu, Silver-cloak Magician yang lain ikut menghabiskan mananya. Membuat terang nyala cahaya rune spell formation itu memuncak tepat sebelum si gadis Blue-cloak Magician itu sempat melakukan hal yang sama dan menghabiskan mananya juga.

Tak lama kemudian, cahaya spell formation itu berubah menjadi api. Itu adalah spell formation dari fire magic, dan karena difondasikan dengan benang jiwa milik Pangeran Takhylalad, api yang keluar dari spell formation itu berubah wujud menjadi wujud seekor ular.

“Apa... apa itu?!”

“Ini seperti imitasi dari sihir Empat Dinasti Ular, tak kusangka Kerajaan Takhylalad memiliki teknik sekuat ini!”

Gadis yang bernama Putri Jasmine itu tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Pangeran Takhylalad. Hal ini membuat ketiga Silver-cloak lainnya menjadi terlihat tak nyaman.

“Kawan-kawan, aku harap kalian bisa menjaga rahasia tentang teknik ini. Kalau saja orang lain tahu tentang aku menggunakan teknik ini maka nanti akan terjadi masalah!”

Yang lain mengangguk mengerti. Mereka tahu dengan teknik ini Kerajaan Takhylalad mempunyai hak untuk disejajarkan dengan salah satu Dinasti Ular, tetapi mereka tak memiliki kekuatan untuk bersaing bahkan dengan cabang salah satu dinasti tersebut. Hal ini tentu akan membuat situasi rumit jika teknik ini sampai di dengar oleh orang-orang dari Dinasti Ular.

Aku melihat tiga pangeran lain menjadi iri terhadap Takhylalad ini. Dan putri Jasmine menjadi tambah hormat padanya.

Sedangkan aku mengerutkan alis. Kukira mereka akan menggunakan spell formation fusion magic lagi seperti tadi. Aku tahu teknik menaruh benang jiwa ini sangat cocok untuk lightning magic. Menciptakan ular dari energi listrik akan menghasilkan daya hancur berkali-kali lipat.

Tapi sepertinya menggunakan fusion magic untuk membangun spell formation hanya bisa dilakukan oleh Gold-cloak Magician saja. Aku jarang kumpul bareng penyihir lain pas masih muda dulu jadi ini setiap kali ada yang pakai spell formation jadi pengalaman bagiku.

Si Pangeran Takhylalad, yang merasakan pandangan lekat Putri Jasmine menjadi lebih semangat. Karena ia menaruh benang jiwanya maka secara tidak langsung mereka memilihnya untuk memimpin spell formation ini.

Ia bertekad untuk menggunakan kesempatan ini untuk memukau Putri Jasmine untuk bisa mendekatinya.

Bahkan ketiga pangeran lain memiliki pikiran yang sama saat putri tersebut meminta bantuan mereka. Dan melihat Pangeran Takhylalad yang satu langkah di depan mereka, yang hanya bisa mereka lakukan hanyalah mengepalkan tangan mereka sambil tersenyum pahit.

“Putri Jasmine, tolong agak mundur sedikit! Ular api ini terlalu kuat untuk bisa dikendalikan!”

Pangeran Takhylalad berkata demikian dengan nada gawat, tapi ular api itu bergerak elok membentuk sebuah tarian elegan. Jelas-jelas anak muda ini ingin pamer di depan gadis yang dia taksir.

Aku hanya bisa menggeleng-geleng melihat kehidupan anak muda jaman sekarang ini.

“Pangeran Takhylalad, hati-hati!” Putri Jasmine mengeluarkan nada perhatian, tiga Silver-cloak Magician yang mendengarnya langsung mengeluarkan hawa membunuh yang hanya bisa mereka tahan.

Setelah Putri Jasmine berkata demikian, ular api itu pun tiba-tiba semakin liar. Pangeran Takhylalad terlihat seperti berada dalam pertarungan hidup dan mati dengan jiwanya yang merasuki ular api itu. Putri Jasmine menjadi semakin khawatir. Ia sudah menaruh kedua telapak tangannya di dadanya yang berdegup-degup kencang, mencegah jantungnya yang berdetak liar untuk melompat dari dadanya.

“Hehe, Takhylalad dari generasi ke generasi skill gaet ceweknya masih mendewa. Jadi ingat masa lalu...” bisikku dalam hati sambil menggeleng-geleng ketika melihat panggung sandiwara yang dibuat oleh Pangeran Takhylalad itu. Jelas-jelas jika ia ingin menyerang, dalam sekali berpikir ular api itu akan mengikuti kehendaknya. Tapi ia memilih untuk pamer dulu untuk menciptakan kesan ke gadis itu. Diam-diam aku memberikan jempolku kepada junior ini.

“Okelah! Berhubung aku sudah niat menjadikanmu murid nanti, aku akan membantumu hari ini!” bisikku dalam hati.

Dengan satu ayunan tangan aku melepaskan shield formation-ku. Kelima penyihir muda merasakan aura shieldku menghilang, dan membuat mereka terkejut. Kemudian aku merasakan mereka melototiku dari bayang tudung mereka. Terutama Putri Jasmine. Jika kekuatan tatapan saja bisa membunuh, mungkin orang biasa sudah mati ratusan kali karena saking kuatnya tatapan gadis itu.

“Jadi namamu Takhylalad?” Tanyaku sambil melangkah maju dan memasang wajah serius. Aku sempat menggigit kelinci panggangku sebelum menaruh kedua tanganku di belakang punggung dan menatap Pangeran Takhylalad sesaat sambil tersenyum. “Bagus, bagus! Teknik yang sangat hebat sekali! Mengubah spell formation murahan menjadi fire magic yang hidup, sudah tiga ribu tahun aku gak melihat ada orang yang bisa melakukan itu! Terlebih lagi orangnya Silver-cloak! Kamu adalah anak muda paling berbakat yang pernah kulihat di kerajaan ini! Bukan, bukan—di benua ini! Bahkan mencari orang yang lebih berbakat darimu di dunia ini seperti mencari jarum yang dicemplungin ke dasar laut! Ck, ck ck! Bocah, sepertinya aku gak bisa membiarkanmu hidup lebih lama lagi! Kalau gak begitu... barangkali kamu akan menjadi musuh terbesarku suatu saat nanti.”

Aku mengayunkan tangan kiriku dan goresan lidah api berwarna hijau muncul. Setelah itu, aku mengalirkan mana dan membuat bola api dari lidah api hijau itu di telapak tanganku. Setelah itu, aku lanjut membual:

“Pangeran Takhylalad... kamu masih muda dan masih belum mengerti tentang aturan dunia. Boleh saja potensimu di masa depan barangkali bisa mengalahkan eksistensi terkuat seperti hewan-hewan suci dan bahkan para dewa naga gak akan berani macam-macam denganmu. Tapi hari ini takdir telah menuntunmu kepadaku, dan maaf saja tapi aku gak bakal menyia-nyiakan kesempatan ini! Aku akan mengajarkanmu jika kamu gak cukup kuat, kamu gak akan bisa melindungi teman-temanmu!”

Api di tanganku tiba-tiba membesar.

“Buka matamu dan cernalah pelajaran ini baik-baik! Aku akan membunuh cewek Blue-cloak itu dan membuatmu sadar tentang kejamnya dunia! HYAAAAATTT!!!”

Dengan gerakan tajam aku berteriak keras penuh semangat dan melempar bola api berwarna hijau itu. Putri Jasmine, di balik bayangan tudungnya, wajahnya berubah pucat. Dengan sigap ia memasang shield magic. Tapi ia tahu melawan serangan musuh nomor satu kerajaan ini, shield magic abal-abal seperti itu hanya seperti daun kering yang dibakar oleh api. Serangan fire magic hijauku mengarah kepadanya dan ia memejamkan matanya keras-keras seperti ingin menangis.

Sedang para penyihir Silver-cloak pun ikut pucat. Mereka mengira aku tak akan menurunkan shield formationku dan malah balik menyerang. Mereka ingin melindungi tuan putri mereka tapi mana mereka sudah habis membangun spell formation. Sekarang, hanya bantuan Tuhanlah yang mampu menyelamatkan Putri Jasmine dari serangan itu.

Seharusnya kita tak meremehkan iblis ini dan langsung menggunakan artifak itu... mungkin begitu dalam pikiran mereka sekarang.

*Buuzzzzzz*

Api hijau itu menabrak sesuatu tapi Putri Jasmine tak merasakan ada api yang membakarnya. Perlahan-lahan ia membuka matanya, dan mendapati punggung seorang pria ada tepat di depan matanya.

Seseorang melindungi Putri Jasmine dari serangan fire magic hijauku!

“Bahkan jika aku mati, aku gak akan membiarkanmu melukai Putri Jasmine bahkan sehelai rambut pun!”

Suara penuh tekad Pangeran Takhylalad menggema siang itu. Sesuai dugaanku, karena tak ada dari ke empat Silver-cloak itu yang mempunyai sisa mana, maka si Takhylalad ini menggunakan ular api itu untuk menahan apiku.

Yang terjadi kemudian adalah ular api itu memakan api hijauku. Ular api itu kemudian menjadi besar dan besar lagi sampai api hijauku tertelan habis olehnya.

“Mus... MUSTAHIL!” Aku memasang wajah terkejut. Dengan mata melotot dan mulut menganga, aku menunjuk ular api yang sudah membesar itu. Para penyihir muda itu juga terkejut, terutama Putri Jasmine yang matanya sudah berbinar-binar menatap punggung Pangeran Takhylalad.

“Kamu... mustahil! Bagaimana kamu bisa menelan serangan apiku?” Tanyaku pada pangeran itu. Tentu saja ia tak tahu jawabannya. Aku bisa merasakan di balik tudung itu, si Pangeran Takhylalad takjub sambil kebingungan melihat ular api yang ia kendalikan.

Kenyataannya, api hijau itu bukanlah magic untuk menyerang. Fungsinya tak jauh berbeda seperti minyak, ia memperkuat api lain yang ia sentuh. Bahkan aku beberapa kali menggunakan percik api hijau ini untuk menjaga apiku saat memanggang kelinci tadi.

“Pangeran Takhylalad! Jawab aku, mengapa kamu diam saja?! Hey, hey! Sihir macam apa yang kau gunakan untuk menyerap serangan api dari penyihir hebat sepertiku? Cepat jawab!”

“Ini... bukanlah teknik! Tapi ini adalah...”

Pangeran Takhylalad mengambil jeda untuk mencari kesempatan improvisasi. Ia sendiri tak mengerti apa yang terjadi tapi ia sudah bertekad untuk menggunakan kesempatan ini untuk membuat Putri Jasmine terkesan.

“Ini adalah... kekuatan... perasaanku!”

*ROOOOAAAARRRR*

Udara bergetar saat sebuah raungan terdengar entah dari mana. Ular api itu mengeluarkan aura yang terasa dapat meleburkan segalanya. Rahang wajah ketiga Silver-cloak yang lain jatuh, mereka tak menyangka Pangeran Takhylalad sehebat ini. Biasanya saat latihan atau turnamen sihir, pangeran ini adalah penyihir yang memiliki talenta di atas rata-rata, tapi tak sampai bisa dibilang jenius. Bahkan di antara mereka berempat, bisa dibilang talentanya yang paling rendeh. Tapi hari ini mereka melihatnya dengan cahaya baru. Saat mereka melihat ke arahnya yang tengah mengendalikan ular api raksasa yang bergerak-gerak liar di udara, mereka hanya bisa melihat seorang ahli yang menyembunyikan kekuatannya kecuali dalam pertarungan hidup dan mati.

Cahaya mata Putri Jasmine semakin berbinar-binar. Ia menggigit bibir bawahnya sambil menjaga jantungnya yang berdebar-debar dengan kedua tangannya. Aku bisa melihat dari balik tudungnya, gadis itu tengah tersentuh.

Dalam hati aku tersenyum puas melihat itu. Kalau nanti kalian sudah nikah, bolehlah aku minta bahan untuk mengisi piringan sihir yang gunanya ‘merekam’. Hehe.

Kemudian aku menoleh ke arah Pangeran Takhylalad. Kulihat ia belum mulai mencoba untuk menyerangku. Sepertinya dia masih bingung tentang ular apinya menelan fire magic hijauku.

Karena dia masih melamum, aku menggunakan kesempatan ini untuk memeriksa kondisi tubuhnya. Saat ini dia menguasai fire magic tapi elemental affinity-nya adalah nature. Oleh karena kelihatannya ia selalu menggunakan fire magic yang sangat bertolak belakang dengan elemental affinity-nya itu, maka aku tak heran jika melihat banyak retakan di mana sphere-nya.

Aku yakin ia tak pernah mengeluh jika mana-nya lebih lama pulih daripada yang lain. Itu terjadi jika penyihir memaksa terlalu sering menggunakan element yang bertolak belakang dengan elemental affinity-nya seperti pangeran ini.

Yap, tak salah lagi. Elemental affinity-nya adalah nature. Karena pengguna element nature sering dikaitkan dengan healer wanita dan sebagainya, harga dirinya sebagai laki-laki gak memperbolehkannya menggunakan nature magic sebagai sihir utamanya. Tapi jika nanti kamu menjadi muridku, akan kuhajar habis-habisan sampai kamu mau kembali ke jalan yang benar.

“Sihirmu lumayan juga, padahal masih Silver-cloak,” kataku dengan nada sombong ke arah lima orang itu. “Mungkin aku gak boleh meremehkanmu walau kau masih muda. Kekuatan perasaanmu itu... adalah senjata yang tak bisa dipandang sebelah mata! Mulai sekarang aku akan serius dan mengeluarkan kekuatanku yang sebenarnya. Rasakanlah, serangan super fire magic yang kukembangkan untuk membakar benua ini!”

Aku menggambar simbol rune yang rumit di udara dengan satu tangan karena tangan kananku tengah memegang tongkat daging panggangku. Sebenarnya, aku tak perlu menggambar rune untuk mengeluarkan sihirku. Cukup memikirkannya dalam hati dan mengayunkan tangan, mana-ku akan langsung membentuk energi yang kuinginkan. Tapi karena si pangeran masih melamun, apa boleh buat.

“Tak akan kubiarkan!” Seru Pangeran Takhylalad langung menunjukku dengan jari telunjukknya. Saat itu juga, ular api raksasa yang ia kendalikan terbang ke arahku.

Aku pura-pura panik dan kerepotan menggambar rune-ku dengan tergesa-gesa. Ular api itu semakin dekat, dan jika sihir itu mengenaiku aku akan kabur dan memberikan pangeran itu kejayaan. Seseorang yang telah mengalahkan musuh nomor satu kerajaan ini, si Putri Jasmine tak akan bisa menolakmu! Anggap saja ini sebagai restu calon gurumu, suatu hari nanti aku akan menjadikanmu penyihir terbaik abad ini. Tapi harus ada bayaran tentunya...

Beberapa detik setelah Pangeran Takhylalad menyerangku, aku mulai merasakan energi api yang sudah berada di depan wajahku. Aku mengenakan shield magic murahan yang pasti hancur olehnya.

*BUUUZZZZZZ*

Tapi tak seperti yang kukira, shield magic yang kupasang sama sekali tak hancur. Tergores pun tidak.

“Wahai iblis, kamu tadi mengatakan kamu akan serius menghadapiku. Tapi kenapa kamu menggambar rune dengan satu tangan? Dari tadi kamu hanya membuat sihir sambil makan daging itu. Mana ada kejayaan mengalahkan iblis yang senang bermain-main sepertimu!”

Aku terdiam. Mencerna situasi. Ular api raksasa Pangeran Takhylalad sudah kembali ke sisinya, sama sekali tak menyentuh shield magic-ku.

Kemudian aku melihat tangan kananku...

Daging panggangku sudah gosong menjadi abu!

Daging kelinci yang susah-susah kudapat-&(!$(#@!@%*!!!

“Mulai sekarang seriuslah! Gunakan kedua tanganmu untuk menggambar rune dan kita mulai ulang pertarungan yang menentukan takdir kerajaan ini!”

Seru pangeran empang itu dengan tekad membara...

Dan aku hanya bisa berkata, “Dasar kamu... BOCAH GAK TAU UNTUNG!!!”

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>